UKM Akah Bali Kadek
Sudanco, Limbah bambu Kadek Sudanco Tembus Pasar Ekspor.
Siapa
bilang bambu hanya bisa diolah pada bagian batangnya saja. Akar bambu yang
selama ini dianggap limbah pun ternyata bisa diolah menjadi kerajinan tangan
yang bernilai ekonomi tinggi, bahkan karena kenikan dan keantikan yang
dimilikinya, kerajinan limbah bambu juga bisa menembus pasar ekspor sebagaimana
halnya kerajinan kayu.
Perajin
akar limbah bambu, Kadek Sudanco sudah membuktikan hal ini. Perajin asal Banjar
Penida Kelod, Desa Tembuku Bangli ini mampu menyulap limbah akar bambu menjadi
kerajinan tangan yang unik antik dan bernilai jual yang tinggi. Bahkan
kerajinan tangannya yang berupa Asbak, Topeng dan Lampu Hias itu sudang
melanglang buana ke negara-negara besar di dunia seperti Amerika, Inggris dan
Prancis.
Sudanco
yang sudah membuka bengkel kerajinan tangan Akah Bali di Banjar Seribatu
Penglumbaran, Susut ini sudah mulai menekuni pembuatan kerajinan akar bambu ini
sejak tahun 2004 silam. Profesi yang kini mampu menghasilkan pendapatan hingga
Rp 50 Juta perbulan tersebut bermula dari keisengannya memanfaatkan limbah
bambu yang ada disekitar rumahnya. Akar bambu yang memiliki karakteristik
artistic, menurutnya, sangat cocok untuk diolahnya menjadi aneka jenis
kerjinan. “Awal mulanya saya mencoba, karena banyaknya potongan akar bambu yang
dibuang begitu saja. Bagi saya limbah bambu itu sangat bagus diolah untuk
menjadi kerajinan akhirnya saya mencoba memanfaatkan menjadi kerajinan patung,”
tuturnya.
Adapun
kerajinan limbah akar bambu yang pertama kali dibuatnya pertama kali berupa
patung Hanoman. Karena ada yang meminatinya, patung Hanoman buatannya tersebut
dilepasnya dengan hara Rp 1,5 Juta.
Berbekal
dari hal itu, Sudanco yang sebelumnya berprofesi sebagai pembuat Bade (tempat pengantar jenazah) itu pun
memutuskan untuk menekuni profesi sebagai pengerajin limbah akar bambu. Dari
ide kreatifnya tersebut, Sudanco yang kini juga memiliki Art shop dikawasan
Tegalalang, Ubud, Gianyar telah berhasil membuat kerajinan akar bambu yang
antik dan klasik berupa Topeng, Asbak, Kentongan, miniatur bebek, burung dan
karya terbarunya berupa kap lampu yang dimodifikasi dengan kerang. Ia juga
sering mengikuti pameran-pameran berskala nasional. Karena saking banyaknya
peminat yang memesan hasil karyanya, Sudanco kini mengaku cukup kewalahan. Di
bengkel kerajinan miliknya, dirinya kini telah mempekerjakan 15 orang karyawan
yang direkrut dari tenaga lokal setempat.
Sementara
itu, Sudanco menuturkan bahwa bahan baku seluruh kerajinan tangan yang ia buat
saat ini, sebelumnya sama sekali tidak ada harganya. Namun setelah dirinya
mulai mengolah limbah tersebut, bahan baku yang dapat diperoleh secara
Cuma-Cuma itu kini sudah bernilai ekonomis. Di mana untuk satu akar batang
bambu patung yang akan dijadikannya sebagai bahan baku, kini harus dibelinya
dengan harga Rp 6000. “ kalau dulu bahannya mintapun dapat. Sekarang harus
beli,” ujarnya. Meski demikian, karena bahan bambu di Bangli tersedia melimpah,
dirinya mengaku tidak pernah menemui kendala selama memproduksi kerajina yang sudah diekspor ini.
UMKM Bamboo Collection, Produk Ramah Lingkungan, Primadona Mancanegara
Bambu memang sudah dikenal memiliki
berbagai macam manfaat salah satunya sebagai bahan baku kerajinan, di daerah
Kabupaten Bangli memang terkenal dengan banyaknya pengerajin yang memanfaatkan
bambu sebagai bahan baku kerajinannya, hal tersebut dikarenakan di daerah
Kabupaten Bangli memiliki banyak lahan yang di tanami bambu. Karena itulah
banyak masyarakat Kabupaten bangli yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku
kerajinan tangan, mengingat tersedia banyak bahan baku bambu sebagai bahan baku
produksi kerajinan di daerahnya.
Salah satu pengerajin di daerah
Kabupaten Bangli yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku produksinya adalah
UMKM Bamboo Collection yang dimiliki oleh Bapak Wayan Suardana, UMKM ini
memproduksi kerajinan berbahan dari bambu seperti Keben Batik, dan
Bokor. Kerajinan tangan ini sangat diminati oleh masyarakat Bali karena dapat
dipergunakan sebagai perlengkapan persembahyangan umat Hindu di Bali, selain
itu kerajinan Bapak Wayan ini juga diminati di Jerman, kerajinan yang sudah di
modifikasi dipergunakan sebagai tempat menyimpan Buku, kotak pensil dan tempat
sampah. “awalnya ada seorang Dosen dari Universitas di Jerman yang liburan
ke Bali dan melihat-lihat hasil kerajinan tangan saya, dia sangat berminat
dengan kerajinan tangan saya karena menurutnya kerajinan tangan yang saya buat
ini ramah lingkungan, unik, berkualitas baik dan kuat. Sehingga dia pun membawa hasil
kerajinan tangan ini ke negara asalnya dan mempromosikan kepada masyarakat dan
mahasiswa yang ada disana. Kerajianan yang saya buat ini sangat baik dipergunakan
masyarakat dunia karena ramah lingkungan dan ditengah isu lingkungan di dunia
pada saat ini maka produk kerajinan yang saya buat ini mempunyai prospek yang
sangat baik kedepannya" tutur beliau.
UMKM Bamboo Collection yang sudah berdiri
dari tahun 2005 ini berlokasi di Br. Tanggahan, Peken, Bangli, seiring
meningkatnya pesanan saat ini Bapak Dewa mempekerjakan masyarakat di
sekelilingnya sebanyak 10 orang tenaga kerja yang dapat memproduksi 200 buah
Keben Batik, Dulang dan Bokor di setiap bulannya.
Konsultan PLUT yang pada saat itu mengunjungi adalah Putra Prabawa Konsultan Operasi dan Joni Suparsa Konsultan IT, di rumahnya sekaligus sebagai tempat Bapak Dewa memproduksi kerajinan tangannya, Bapak Wayan mengungkapkan permasalahan yang
dihadapi dalam memproduksi kerajinan tangannya salah satunya adalah cuaca, pada
saat musim hujan keben yang sudah dibatik harus dijemur selama 2 hari sehingga
dapat kering merata, apabila tidak kering pada waktunya biasanya kerajinan
keben yang sudah dibatik akan jamuran sehingga tidak dapat dipasarkan, tentu saja
hal tersebut mengakibatkan kerugian.
Permasalahan Klasik yang dihadapi oleh Bapak Wayan dalam memproduksi kerajinan tangannya yaitu Permodalan. Beliau mengungkapkan pada saat pesanan produk yang melimpah beliau kekurangan biaya dalam produksinya, hal tersebut dikarenakan minimnya DP yang diterima dalam memproduksi kerajinannya sehingga dapat berpengaruh dalam produksi kerajinannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut saat ini Bapak Dewa melakukan pinjaman ke Lembaga Perkreditan Desa (LPD) setempat dengan bunga yang cukup tinggi. Beliau mengharapkan bantuan dan bimbingan dari pemerintah daerah maupun provinsi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar