Rabu, 11 Februari 2015

UMKM KABUPATEN BANGLI



UKM Akah Bali Kadek Sudanco, Limbah bambu Kadek Sudanco Tembus Pasar Ekspor.
Siapa bilang bambu hanya bisa diolah pada bagian batangnya saja. Akar bambu yang selama ini dianggap limbah pun ternyata bisa diolah menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi, bahkan karena kenikan dan keantikan yang dimilikinya, kerajinan limbah bambu juga bisa menembus pasar ekspor sebagaimana halnya kerajinan kayu.
Perajin akar limbah bambu, Kadek Sudanco sudah membuktikan hal ini. Perajin asal Banjar Penida Kelod, Desa Tembuku Bangli ini mampu menyulap limbah akar bambu menjadi kerajinan tangan yang unik antik dan bernilai jual yang tinggi. Bahkan kerajinan tangannya yang berupa Asbak, Topeng dan Lampu Hias itu sudang melanglang buana ke negara-negara besar di dunia seperti Amerika, Inggris dan Prancis.
Sudanco yang sudah membuka bengkel kerajinan tangan Akah Bali di Banjar Seribatu Penglumbaran, Susut ini sudah mulai menekuni pembuatan kerajinan akar bambu ini sejak tahun 2004 silam. Profesi yang kini mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp 50 Juta perbulan tersebut bermula dari keisengannya memanfaatkan limbah bambu yang ada disekitar rumahnya. Akar bambu yang memiliki karakteristik artistic, menurutnya, sangat cocok untuk diolahnya menjadi aneka jenis kerjinan. “Awal mulanya saya mencoba, karena banyaknya potongan akar bambu yang dibuang begitu saja. Bagi saya limbah bambu itu sangat bagus diolah untuk menjadi kerajinan akhirnya saya mencoba memanfaatkan menjadi kerajinan patung,” tuturnya.

Adapun kerajinan limbah akar bambu yang pertama kali dibuatnya pertama kali berupa patung Hanoman. Karena ada yang meminatinya, patung Hanoman buatannya tersebut dilepasnya dengan hara Rp 1,5 Juta.
Berbekal dari hal itu, Sudanco yang sebelumnya berprofesi sebagai pembuat Bade (tempat pengantar jenazah) itu pun memutuskan untuk menekuni profesi sebagai pengerajin limbah akar bambu. Dari ide kreatifnya tersebut, Sudanco yang kini juga memiliki Art shop dikawasan Tegalalang, Ubud, Gianyar telah berhasil membuat kerajinan akar bambu yang antik dan klasik berupa Topeng, Asbak, Kentongan, miniatur bebek, burung dan karya terbarunya berupa kap lampu yang dimodifikasi dengan kerang. Ia juga sering mengikuti pameran-pameran berskala nasional. Karena saking banyaknya peminat yang memesan hasil karyanya, Sudanco kini mengaku cukup kewalahan. Di bengkel kerajinan miliknya, dirinya kini telah mempekerjakan 15 orang karyawan yang direkrut dari tenaga lokal setempat.
Sementara itu, Sudanco menuturkan bahwa bahan baku seluruh kerajinan tangan yang ia buat saat ini, sebelumnya sama sekali tidak ada harganya. Namun setelah dirinya mulai mengolah limbah tersebut, bahan baku yang dapat diperoleh secara Cuma-Cuma itu kini sudah bernilai ekonomis. Di mana untuk satu akar batang bambu patung yang akan dijadikannya sebagai bahan baku, kini harus dibelinya dengan harga Rp 6000. “ kalau dulu bahannya mintapun dapat. Sekarang harus beli,” ujarnya. Meski demikian, karena bahan bambu di Bangli tersedia melimpah, dirinya mengaku tidak pernah menemui kendala selama memproduksi kerajina  yang sudah diekspor ini.

Konsultan PLUT yang pada saat itu mengunjungi adalah Putra Prabawa Konsultan Operasi dan Joni Suparsa Konsultan IT, di Bengkel kerajinan Akah Bali di Banjar Seribatu Susut Bangli, Kadek Sudanco mengungkapkan permasalahan yang dihadapi saat ini dibagian Permodalan, tuturnya pada saat pesanan ekspor melimpah seperti saat ini dirinya kekurangan modal dalam memproduksi kerajinan akar bambunya karena minimnya uang muka yang diberikan oleh pemesan kerajinannya tersebut. Beliau mengharapkan bantuan dari pihak terkait khususnya pemerintah untuk dapat membimbing dan mendampingi dalam menjalani usahanya, sehingga kedepannya dapat tetap eksis dan lebih berkembang.  



UMKM Bamboo Collection, Produk Ramah Lingkungan, Primadona Mancanegara
         
       
Bambu memang sudah dikenal memiliki berbagai macam manfaat salah satunya sebagai bahan baku kerajinan, di daerah Kabupaten Bangli memang terkenal dengan banyaknya pengerajin yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku kerajinannya, hal tersebut dikarenakan di daerah Kabupaten Bangli memiliki banyak lahan yang di tanami bambu. Karena itulah banyak masyarakat Kabupaten bangli yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku kerajinan tangan, mengingat tersedia banyak bahan baku bambu sebagai bahan baku produksi kerajinan di daerahnya.


          Salah satu pengerajin di daerah Kabupaten Bangli yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku produksinya adalah UMKM Bamboo Collection yang dimiliki oleh Bapak Wayan Suardana, UMKM ini memproduksi kerajinan berbahan dari bambu seperti Keben Batik, dan Bokor. Kerajinan tangan ini sangat diminati oleh masyarakat Bali karena dapat dipergunakan sebagai perlengkapan persembahyangan umat Hindu di Bali, selain itu kerajinan Bapak Wayan ini juga diminati di Jerman, kerajinan yang sudah di modifikasi dipergunakan sebagai tempat menyimpan Buku, kotak pensil dan tempat sampah. “awalnya ada seorang Dosen dari Universitas di Jerman yang liburan ke Bali dan melihat-lihat hasil kerajinan tangan saya, dia sangat berminat dengan kerajinan tangan saya karena menurutnya kerajinan tangan yang saya buat ini ramah lingkungan, unik, berkualitas baik dan kuat. Sehingga dia pun membawa hasil kerajinan tangan ini ke negara asalnya dan mempromosikan kepada masyarakat dan mahasiswa yang ada disana. Kerajianan yang saya buat ini sangat baik dipergunakan masyarakat dunia karena ramah lingkungan dan ditengah isu lingkungan di dunia pada saat ini maka produk kerajinan yang saya buat ini mempunyai prospek yang sangat baik kedepannya" tutur beliau.


          UMKM Bamboo Collection yang sudah berdiri dari tahun 2005 ini berlokasi di Br. Tanggahan, Peken, Bangli, seiring meningkatnya pesanan saat ini Bapak Dewa mempekerjakan masyarakat di sekelilingnya sebanyak 10 orang tenaga kerja yang dapat memproduksi 200 buah Keben Batik, Dulang dan Bokor di setiap bulannya.
          Konsultan PLUT yang pada saat itu mengunjungi adalah Putra Prabawa Konsultan Operasi dan Joni Suparsa Konsultan IT, di rumahnya sekaligus sebagai tempat Bapak Dewa memproduksi kerajinan tangannya, Bapak Wayan mengungkapkan permasalahan yang dihadapi dalam memproduksi kerajinan tangannya salah satunya adalah cuaca, pada saat musim hujan keben yang sudah dibatik harus dijemur selama 2 hari sehingga dapat kering merata, apabila tidak kering pada waktunya biasanya kerajinan keben yang sudah dibatik akan jamuran sehingga tidak dapat dipasarkan, tentu saja hal tersebut mengakibatkan kerugian.
         
Permasalahan Klasik yang dihadapi oleh Bapak Wayan dalam memproduksi kerajinan tangannya yaitu Permodalan. Beliau mengungkapkan pada saat pesanan produk yang melimpah beliau kekurangan biaya dalam produksinya, hal tersebut dikarenakan minimnya DP yang diterima dalam memproduksi kerajinannya sehingga dapat berpengaruh dalam produksi kerajinannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut saat ini Bapak Dewa melakukan pinjaman ke Lembaga Perkreditan Desa (LPD) setempat dengan bunga yang cukup tinggi. Beliau mengharapkan bantuan dan bimbingan dari pemerintah daerah maupun provinsi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar